TAKDIR CINTA SANG RAJA IBLIS

Mungkin Usaha {6}



Mungkin Usaha {6}

0 "Nona Liu, kenapa kau bisa memutuskan untuk kembali ke alam iblis? Bukankah kau y     
0

tahu jika tempat ini tidak akan pernah cocok denganmu? Kau benar-benar akan menderita jika berada di sini, dan yang lebih dari itu adalah, kau akan mengalami banyak kesulitan. Sejak awal, auramu adalah hal yang sangat diinginkan di sini. Akan ada banyak iblis yang mengincar dirimu. Jadi aku sangat berharap kepadamu kalau seharusnya kau tidak lagi datang kesini. Apa gunanya? Toh kamu tidak akan mendapat apa pun juga. Apakah kau rindu dengan Yang Mulia Raja? Jika kau rindu kau bisa bertemu dengannya dan menunggu dengan manis di alam manusia bukan?" ucap Jiang Kang Hua.     

Saat ini dia bersama dengan Liu Anqier, duduk berdua dengan mimik wajah yang tampak tegang. Menikmati malamnya di tengah taburan bintang-bintang yang ada di langit.     

"Aku datang kesini bukan karena rindu atau apa pun itu, Panglima Jiang. Hanya saja aku memiliki sebuah misi yang harus dan wajib aku lakukan. Jika aku ingin memilih, aku juga enggan untuk melakukan ini, bersama dengan ibuku adalah hal yang sangat aku inginkan di dunia ini. Namun demikian, bagaimana bisa aku harus menolaknya? Aku sama sekali tidak bisa untuk membuat banyak hal untuk sekadar menolak atau apa pun."     

Mendengar hal itu, Jiang Kang Hua tampak terdiam. Entah kenapa dia merasa jika Liu Anqier sedang memikul banyak beban, beban yang tidak bisa untuk dipikul sendiri namun harus. Apa yang harus dia lakukan? Dan beban apa yang kira-kira akan terjadi? Jiang Kang Hua benar-benar ingin tahu, dia juga ingin meski sedikit saja membantu apa yang menjadi keresahan hati oleh Liu Anqier. Namun apa yang bisa dia lakukan? Apakah dia bertanya saja kepada Liu Anqier? Lantas jika dia bertanya, apakah Liu Anqier akan menjawab pertanyaannya itu, yang Jiang Kang Hua yakin kalau Liu Anqier tidak akan pernah menjawab pertanyaannya. Namun ada satu hal yang mengganjal di hati Jiang Kang Hua. Entah kenapa di hati kecilnya dia merasa jika Liu Anqier telah tahu kejadian yang sebenarnya. Tentang siapa Chen Liao Xuan, dan tentang siapa dirinya. Lagi, Jiang Kang Hua hanya bisa menggerutu dalam hati. Ini sama sekali tidak benar. Harus ada satu yang terbuka dan harus ada satu yang menekan. Sebab jika semua yang tahu lantas diam dan menutupi semuanya sendiri seperti ini maka semuanya tidak akan menjadi baik. Terlebih lagi sekarang Kerajaan Langit sedang sangat genting, tidak akan pernah sama sekali terpikir oleh mereka jika semua ini terjadi. Sebab bagaimanapun juga Chen Liao Xuan harus kembali ke kerajaan langit untuk mengubah semuanya. Mengubah semua hal agar menjadi lebih baik dan tidak terjadi hal yang tidak diinginkan. Sebab takdir alam raya dan seisinya ini ada di tangan Chen Liao Xuan dan tindakan yang akan dilakukan oleh Jiang Kang Hua ada di tangannya sekarang ini. Lagi, Jiang Kang Hua memandang Liu Anqier yang saat ini sudah sibuk mengelap pedangnya, dia agaknya sangat senang dengan pedang pemberian dari Jiang Kang Hua tersebut. Sebenarnya pedang itu adalah pedang kesayangan dari Jiang Kang Hua. Pedang yang bahkan sampai detik ini Jiang Kang Hua sama sekali tidak rela jika pedang itu sampai menyentuh darah. Karena pedang itu adalah pedang suci yang diberikan langsung oleh ayahnya menjelang detik-detik kematiannya.     

"Nona Liu, maukah kau mendengarkan satu rahasia besar yang aku ketahui namun aku sendiri tidak tahu apa yang harus aku lakukan? Bahkan setelah hal itu juga aku tidak bisa tidur sama sekali karena hal ini. Dadaku sesak, dan aku tidak bisa berbuat apa pun untuk hal itu."     

Mendengar hal itu, Liu Anqier tampak menoleh. Semilir angin yang berembus tampak membuat rambut hitam Jiang Kang Hua tergerai dengan begitu indah. Hidung mancung Jiang Kang Hua tampak sangat kontras dengan alisnya yang tebal itu. Suatu hal yang khas bagi Panglima Perang satu ini adalah, alis tebalnya yang membuatnya terkesan seperti sosok yang sangat jahat sekali. Namun dibalik wajahnya yang seperti itu tetap saja, jika semua wanita yang melihatnya akan terpesona. Sosok itu benar-benar hal yang sangat luar biasa, seorang Panglima Perang dengan wajah yang tampan rupawan. Siapa yang akan bisa mengabaikan sosok setampan itu? Tapi entah kenapa sampai detik ini Panglima Perang itu seolah enggan untuk menjalin asmara dengan semua wanita di bangsa iblis ini.     

"Jika aku boleh tahu, apa yang membuat risau hatimu, Panglima Jiang? Kenapa kau begitu sangat murung dan tampak sangat terbebani? Apakah urusan istana begitu sangat genting? Jika benar apa yang aku tebak itu, kenapa kau masih memiliki banyak waktu untuk berada di sini? Semua petinggi istana pasti akan menekan semua sisi dan membuat semua orang tercekik bukan main. Dan hal yang lebih parahnya lagi adalah, kedudukan Yang Mulia Raja akan mendapatkan hal yang sangat mengerikan. Kedudukannya pasti akan sangat hancur, dan dia akan digeser dengan cara yang sangat menyedihkan," kata Liu Anqier.     

Lagi, Jiang Kang Hua kembali tersenyum. Andaikan dia bisa, dia juga ingin mengelus rambut Liu Anqier yang tampak berkilau dan lembut itu. Tapi, apa yang bisa dia lakukan? Dia sama sekali tidak memiliki hak sama sekali, dia tidak punya hal lain selain hal itu. Hanya memendam rasa cintanya dalam diam dan tak bisa melakukan apa pun selain memandang, memandang dan tak bisa menyentuh. Memandang tanpa bisa merengkuh. Namun apa yang terjadi jika itu terjadi? Dia tak mengharapkan banyak hal sekali. Yang dia lakukan hanyalah diam, toh pada akhirnya dia sudah merasa sangat bahagia, masih bisa memiliki kesempatan untuk bertemu, duduk berdua, dan menjaga Liu Anqier. Selain itu, dia tidak menginginkan hal lagi, dia tidak berharap lebih. Sebab dia tahu jika sosok yang dicintai oleh Liu Anqier bukanlah sosok yang sembarangan, yang dicintai Liu Anqier adalah sosok Chen Liao Xuan. Bukan seorang Raja Iblis saja, melainkan sosok Putra Mahkota kerajaan langit yang merupakan sosok paling penting di alam raya ini. Sosok yang tak bisa terkalahkan, dan sosok yang tidak bisa untuk dikalahkan sama sekali.     

"Jika aku berkata ini, apakah kau akan percaya kepadaku? Aku benar-benar sangat bingung sekali dengan hal ini. Sebab aku takut kalau kau tidak percaya denganku, aku takut kalau kamu akan berpikir jika aku sedang gila atau pun mengigau dengan apa yang terjadi sekarang."     

"Apakah kau sedang tak mempercayaiku? Percayalah, Panglima Jiang. Aku adalah manusia yang paling percaya dengan cerita apa pun. Bahkan ketika Yang Si Qi mengatakan kepadaku kalau bintang itu bisa jatuh di tangan kita, dan ketika bintang jatuh kita harus membuat sebuah permohonan, aku akan percaya tanpa berpikir jika hal itu mungkin akan sangat mustahil. Bukankah apa yang kukatakan adalah benar? Jadi katakanlah kepadaku, Panglima Jiang. Aku berjanji kalau aku akan percaya dengan apa pun yang akan kau katakan. Jadi, katakanlah kepadaku. Aku akan mendengarnya dengan duduk manis dan diam sampai apa yang kau katakan itu selesai. Bagaimana?"     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.